Senin, 26 Januari 2015

Harga Rumah di Botabek minimal Rp 300-400 jt, karyawan komuter tingkat menengah di Jakarta pun sulit beli


Harga rumah di kota sekitar Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Bodetabek) kini minimal sekitar Rp 300-400 juta per unit. Bagi masyarakat kecil, hal itu sulit dijangkau. Harga rumah ini hanya bisa dibeli oleh kalangan menengah ‘tanggung’.
Menurut Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW), kaum menengah setingkat manajer dengan penghasilan antara Rp 5–7 juta per bulan pun akan sulit untuk bisa membeli rumah di Bodetabek.

“Dengan penghasilan tersebut, mereka diperkirakan mempunyai daya cicil Rp 1,5 – 2,5 juta per bulan yang berarti dapat membeli rumah dengan harga Rp 300-400 juta,” ujar Ali di situs resminya, seperti dilansir Detik, Minggu (18/1/2015).
Terhambatnya kemampuan beli kelas menengah itu, jelas Ali, karena harus memiliki kemampuan untuk membayar uang muka. Kebanyakan mereka akan kesulitan untuk mengumpulkan uang muka minimal saat ini yang sebesar 20% atau kurang lebih Rp 60-80 juta.
Dengan harga rumah yang mahal itu, lanjut Ali, jelas akan lebih sulit lagi bagi yang masyarakat yang berada di kelas bawah. Kalaupun mampu membeli dengan cara mencicil, pembelinya pun harus memperhitungkan biaya transportasi setiap harinya untuk bekerja ke Jakarta dari Bodetabek.
“Lokasi rumah tersebut mempunyai jarak tempuh yang jauh dari tempat mereka kerja di Jakarta. Yang terjadi kemudian adalah mereka tidak menempati rumah yang ada dan dibiarkan kosong dan kembali menyewa hunian di Jakarta,” jelasnya.

Harga rumah yang kian mahal, membuat kalangan menengah masyarakat yang penghasilannya ‘nanggung’ ini pun bisa tidak kuat untuk membeli rumah sekalipun di pinggiran Jakarta. Jika ingin tinggal di Jakarta, pilihannya adalah membeli rumah susun milik (rusunami) yang harganya juga tinggi. Sehingga pilihannya tinggal menyewa hunian di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di pusat kota.
Akan tetapi, rusunawa yang disediakan pun hanya untuk sebagian kecil masyarakat dan terutama untuk masyarakat yang bekerja secara informal. Rusunawa ini tidak menjangkau kaum komuter yang menjadi karyawan tingkat menengah.

Menurut Ali Pemprov DKI Jakarta lebih baik tidak hanya fokus untuk sektor informal, sebab kaum komuter ini perlu juga mendapat perhatian serius. Sebab penduduk Jakarta 10 juta orang dan akan bertambah di siang sampai sore hari menjadi 12-13 juta.
“Kaum menengah ‘tanggung’ ini mempunyai dilema dan dapat sewaktu-waktu terjebak dalam jebakan pasar rumah yang ada,” ujarnya.

sumber:
http://news.fimadani.com/read/2015/01/20/harga-rumah-di-bodetabek-minimal-rp-300-400-juta-karyawan-komuter-tingkat-menengah-di-jakarta-pun-sulit-beli/
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar